Tulisan Meylena Putri Astari, Batch 18 #FreeBroadcastingClass Periode Februari-Maret 2016.

 

“Aku itu pengen banget jadi penyiar radio. Masalahnya, aku itu termasuk orang yang pemalu dan gak bisa ngomong di depan orang banyak. Ngomong aja kadang masih sedikit gugup dan semasa di kampus pun gak ada pelajaran untuk jadi penyiar radio. Trus, aku harus gimana?

Beruntung banget bisa ketemu sama yang namanya Kelas Penyiar Indonesia, waktu itu pertama kali tau dari Twitter pas mereka ngadain acara Broadcasting Festival. Begitu kepoin Twitter dan website KPI, ternyata mereka punya kelas yang akan dimentorin oleh orang-orang yang bekerja di radio. Gak pakai mikir panjang, aku langsung daftar begitu kelas #FreeBroadcastingClass dibuka.

Sejujurnya setelah isi form aku gak mikir macem-macem. Pasti keterima, gitu aja. Tapi ternyata setelah baca-baca di Twitter KPI, ada beberapa orang yang bilang kalau mereka daftar dibatch sebelumnya gak keterima. Wah, jadi khawatir nih, diterima gak ya? Tapi untungnya ditanggal 31 Januari 2016 aku dapat mention dari KPI kalau aku adalah salah satu yang keterima di #FreeBroadcastingClass untuk Batch XVIII. Baru pertama kali daftar, udah langsung keterima. Wah, senangnya bukan main!

Dari pertemuan pertama sampai pertemuan terakhir semua materinya berguna banget. Aku jadi banyak tau tentang dunia radio yang ternyata keren dan seru banget. Kayak waktu pertemuan pertama dengan KPI yang sekaligus merayakan World Radio Day, ada tips interview kerja dari Kak Cia Wardhana dan Kak Danar Diaz. Belum lagi ada bintang tamu kece yaitu Mbak Vena Annisa yang berbagi ilmunya dan tentunya ngasih tips gimana biar kita bisa sukses di dunia broadcasting.

Pertemuan-pertemuan selanjutnya juga gak kalah seru dan bermanfaat. Ada Kak Sahil Mulachela yang bawain materi public speaking yang merupakan kunci penting didunia penyiaran. Ada juga Kak Firly yang ngasih tau dasar-dasar announcing skill dan theatre of mind yang seru banget dan juga Kak Nisa yang sharing tentang pekerjaan lain di radio selain penyiar, yaitu ada produser, music director, dan lain-lain.

Kelas terakhir giliran Kak Dixon yang berbagi ilmu untuk menjadi seorang MC yang baik. Selanjutnya ada Kak Icha yang bawain materi how to brand yourself lewat CV dan juga ngasih contoh sample voice yang baik. Terakhir yang juga gak kalah penting ada Kak Bella Fawzi yang berbagi pengalamannya sebagai news anchor dan sharing tentang ilmunya.

Bukan hanya mentornya yang keren dan kece, tapi juga ada teman-teman #FreeBroadcastingClass Batch XVIII yang gak kalah seru dan rame. Kita semua baru pertama kali ketemu di Batch XVIII ini tapi nyambungnya udah kayak kenal berbulan-bulan. Kalau bisa minta ke Kak Bintang, aku mau minta Batch XVIII dibikinin kelas lagi karena kurang! Ha ha ha ha.

Keseruan Kelas Penyiar Indonesia gak bisa diceritain dalam tulisan, kalian harus ngerasain sendiri. Aku mau berterima kasih kepada Kelas Penyiar Indonesia yang udah memberikan aku kesempatan untuk bisa belajar bersama dan juga kepada mentor-mentor yang udah bersedia meluangkan waktunya untuk berbagi ilmu kepada kita.

Buat yang belum bergabung, kalian harus gabung! Rasakan sendiri keseruannya! See you on top!”

 

Jakarta, 21 Maret

Meylena Putri Astari, S.I.K
Graduate Student of Communication Studies
Broadcasting

Twitter: @lenargh

—————————————————————————————————————————————–

Experiences are The Best Teacher Ever

Tulisan Vinsensia Ariesta DianawantiBatch 18 #FreeBroadcastingClass Periode Februari-Maret 2016.

 

Tak pernah terpikir di benak mahasiswi ini untuk memasuki dunia broadcasting, terutama radio. Tak pernah terpikir pula untuk menjadi penyiar sebuah radio kampus yang mengantarnya menjadi Program Director. Cita-citanya memang menjadi reporter, pekerjaan yang konon memiliki gaji tidak seberapa tiap bulannya. Namun keputusannya untuk terlibat dalam radio kampus, membuka berbagai kesempatan belajar melebihi yang disediakan oleh dosen berdasarkan rencana perkuliahan. Termasuk untuk mengikuti sebuah kelas informal yang memiliki segudang cerita dari praktisi broadcasting. Ya! Kelas Penyiar Indonesia.

Untuk masuk dan mengikuti kelas ini pun bukan perkara mudah baginya. Awalnya, gadis ini tidak tertarik sama sekali untuk mengikuti kelas ini karena dirasa belum perlu. Hingga akhirnya beberapa senior berbagi cerita seru dan menarik setelah mengikuti kelas ini. Kesan prestige tak tertinggal di setiap cerita yang dibagikan oleh mereka yang telah mengikuti kelas ini. Merasa memiliki kemampuan untuk mengikuti kelas ini, ia pun mendaftarkan diri hingga terdaftar sebagai murid di Batch 18.

Email yang diterimanya dari admin KelasPenyiar Indonesia pun meninggalkan kesan excited. Pasalnya, materi yang akan diberikan terkait public speaking, announcing skill, master of ceremony, personal branding, hingga TV presenting bersama para mentor yang memiliki kapabilitas di bidang masing-masing.

Mahasiswi ini sendiri mengakui bahwa tergabungnya dalam kelas ini bukan semata-mata ingin menimba ilmu. Ia sudah terlalu bosan dan lelah menimba ilmu setiap Senin hingga Jumat di gedung telur dinosaurus itu. Lelah memperhatikan dosen yang cuap-cuap sembarangan tanpa peduli keadaan mahasiswanya yang kelaparan dan ngantuk luar biasa.

Networking. Menjadi alasan mahasiswa asal Pamulang ini selalu hadir di Sabtu indahnya (yang seharusnya bisa ia gunakan untuk tidur). Menjalin relasi dengan banyak orang dari berbagai karakter. Memahami mereka satu per satu dengan caranya hingga terjalin sebuah ikatan melebihi ikatan teman belajar.

Jika pengalaman adalah guru terbaik, harus diakui memang benar. Setiap cerita yang tertuang dari mulut setiap mentor, mampu menginspirasi setiap murid termasuk gadis ini. Setiap cerita mentor juga memberikan gambaran bagaimana harus struggle di dunia industri kreatif ini. Industri kreatif yang mengantarkan mereka pada kesuksesan meraih rupiah demi rupiah.

Cerita mereka pun bukan tanpa arti. Bukan tanpa perjuangan. Bukan juga tanpa air mata. Setiap pertemuan KelasPenyiar Indonesia menyiratkan arti penting sebuah dasar teori dan kemampuan. Teori memang penting. Namun akan mati tanpa kehadiran pengalaman di sampingnya.

Jakarta, 21 Maret

 Vinsensia Ariesta Dianawanti

—————————————————————————————————————————————–

 

Tulisan Ahmad Sofyan, Batch 18 #FreeBroadcastingClass Periode Februari-Maret 2016.

“Terima kasih.”

Adalah frasa pertama saya untuk Kelas Penyiar Indonesia karena telah memberikan kesempatan untuk bergabung dan menimba ilmu mengenai dunia yang terbilang baru bagi saya, Broadcasting, melalui #FreeBroadcastingClass.

Awalnya tahu program ini dari seorang kawan yang terlebih dahulu terjun ke dunia broadcasting. Setelah itu saya coba mencari informasinya via twitter @kelaspenyiar_ID dan memutuskan untuk daftar. Thank God I accepted. Betapa senangnya ketika tahu saya mendapatkan kesempatan ini disaat beberapa orang yang saya kenal di luar sana tidak seberuntung saya.

Dan cerita bersama Kelas Penyiar Indonesia dimulai dari sini!

Tercatat ada 4 pertemuan untuk Batch XVIII Kelas Penyiar Indonesia yang menjadi tempat kami berkumpul dan belajar bersama. Tidak hanya dapat kawan baru yang menyenangkan, disini kami juga mendapat ilmu langsung dari para jenuis di bidangnya masing-masing. Ada Vena Annisa seorang  international broadcaster Voice of America Indonesia, Ussi dari Radio PPI Dunia, Diaz Danar dan Cia Wardhana yang memberikan materi secara bersama pada hari pertama, Sahil Mulachela dengan materi Public Speaking untuk hari kedua, Nisa Hutasuhut dan Firly yang sharing tentang Radio Announceing Skill dan dunia Radio pada hari berikutnya, dan Dixon Saragi, Bella Fawzi serta Charissa yang memberikan materi MC, TV Presenting dan Kunci Sukses Meraih Mimpi di Dunia Broadcasting pada hari terakhir.

Deretan nama di atas beserta materi-materi yang luar biasa dibekalkan kepada kami untuk menjadi seorang Broadcaster yang siap menghadapi dunia broadcasting. Dari materi-materi yang telah diberikan, saya teringat tentang pernyataan beberapa pembicara yang menjawab pertanyaan yang belum bisa saya jawab sebelumnya.

Saya sempat bertanya pada diri saya tentang bagaimana cara menghadapi ketakutan yang timbul dari dalam diri sendiri? Seperti takut tidak bisa tampil dengan baik saat menjalankan tugas sebagai seorang broadcaster kelak.

Dan pertanyaan saya tersebut berhasil terjawab setelah Sahil Mulachela pada materi Public Speaking berkata:

“Cara paling mudah untuk mengatasi rasa takut adalah dengan menghadapinya.”

Dan pertanyaan tersebut berhasil menjawab apa yang saya resahkan selama ini. Diaz Danar dan Cia Wardhana juga memberikan pencerahan kepada saya dengan menekankan pada karakter terutama untuk menjadi seorang penyiar. Saya ingat betul ketika Bang Diaz (panggilan untuk Diaz Danar) berkata:

”Yang membedakan kalian (calon penyiar) dengan penyiar lain adalah karakternya.”

Dari perkataannya saya sangat yakin bahwa karakter, tentu saja karaker yang kuat, adalah hal yang penting tidak hanya untuk karir sebagai penyiar tapi juga dalam hidup. Karena mereka yang berkarakter adalah mereka yang mudah diingat dan berbeda. Tidak hanya itu, Vena Annisa pada hari pertama juga berkata:

“Be so good that people can not ignored you!”

Yang dilanjutkan dengan tantangan yang di berikan oleh “Kepala Sekolah” Kelas Penyiar Indonesia, Kak Bintang (Bintang Cahya) untuk Grooming pada pertemuan terakhir. Dari tantangan pernyataan tersebut sebenarnya saya bertanya-tanya, mengapa penampilan seolah sangat penting di dunia Broadcasting? Dan jawaban saya terjawab lunas setelah saat perjalanan pulang menggunakan transportasi umum, tepatnya di dekat rumah saya, seorang ibu (yang kemudian bertambah beberapa ibu-ibu lagi) bertanya banyak hal dari mulai kegiatan saya, perkuliahan saya, dan juga pekerjaan saya yang diakhiri dengan decak kagum. Yang membuat kejadian tersebut menjawab pertanyaan saya barusan karena mereka tidak pernah seramah dan seantusias ini kepada saya. “How it could be?” dalam hati saya bergumam. Dan pertanyaan tersebut terjawab:

“Karena hari itu saya menarik.”

Dan poin tersebut (saya rasa) selalu saya dapatkan ketika saya “tampil menarik”. Tidak hanya penting untuk menjadi seorang Broadcaster kelak, tapi saya sangat yakin hal tersebut juga penting untuk menjalankan hidup.

Dari semua pengalaman dan paparan yang sudah saya paparkan di atas, frasa apalagi yang lebih tepat saya ajukan selain “Terima kasih.”?

“Dear Kelas Penyiar Indonesia, tunggu saya mewujudkan mimpi Anda. Untuk menelurkan future broadcaster  handal bagi Indonesia.”

Jakarta, 22 Maret

Ahmad Sofyan